Buscar

Promo Carl's Jr. 60K



Hi there. Lama sekali sejak postingan terakhirku ya.
Bukan nggak sempat, semua kan soal prioritas.
Kupikir juga ga bakal ada yang baca blogku soalnya memang nggak up to date gitu hehe…
Bicara blog bingung juga mau diisi apa, soalnya kalau dulu suka sering ke konser atau travelling jadi bisa nulis tentang itu. Berhubung sekarang seringnya makan di luar karena cari tempat adem soalnya Surabaya panas banget jadi aku hendak memposting tulisan tentang tempat-tempat yang pernah aku kunjungi yaa…
Mari mulai dengan Carl’s Jr. Resto siap saji ini belakangan mulai menjamur di Surabaya, kalau dulunya cuma ada di bandara, sekarang sudah ada beberapa cabangnya. Yang paling sering kukunjungi sih yang ada di Darmo soalnya tengah kota.
Sebelum-sebelumnya aku ke sini cuma kalau hari Jumat soalnya ada promo buy 1 get 1 free gitu buat burgernya. Burgernya aja lho ya... Jadi musti bayar lagi buat maketin kentang sama minum, yaa total pengeluarannya nggak pasti gitu soalnya burgernya yang promo beda-beda tiap pekan...

Tapi sekarang lagi ada promo baru sampai akhir Oktober, namanya paket Real-Deal, dan guess what?! Murah banget…

Candi Brahu dan Maha Vihara Majapahit

Safety Riding, ya!
Banyak orang beranggapan kota-kota kecil di sekitaran kota besar hanya akan menjadi bayang-bayang kota besar tersebut. Saya tidak sepenuhnya setuju. Menurut saya tiap kota akan selalu memiliki kesan tersendiri baik oleh penduduk maupun pengunjungnya. Maka penting untuk mengenal tiap daerah dengan baik, siapa tahu jodoh kita di sana *ngelantur*

Candi Brahu
Suatu saat saya bersama dua teman saya nekat ke Mojokerto dengan berkendara sepeda motor. Tidak ada tujuan spesifik sebenarnya, bertolak dari saya yang belum pernah ke Mojokerto dan teman saya yang sok tahu tentang Mojokerto yang ujung-ujungnya nyasar jugaaa. Jujur saja pengalaman saya akan Mojokerto sebatas pabrik Ajinomoto yang selalu jadi patokan temu saat hendak KKN di Nganjuk. Selain itu, saya sama sekali nggak pernah keliling Mojokerto. 

Perjalanan ini menjadi sangat berkesan karena selama ini saya tumbuh dengan kisah-kisah kejayaan kerajaan Majapahit, tetapi sama sekali belum pernah ke Mojokerto yang notabene saksi bisu kisah tersebut. Dari Surabaya, tidak sampai dua jam kami sampai di tujuan pertama yaitu Candi Brahu. Panas yang menyengat tidak menggugurkan semangat kami untuk menilik candi dan berfoto.

Rumah Sosis dan Paralayang Batu


Dekorasi Rumah Sosis
Kalau orang Jakarta "kaburnya" ke puncak Bogor, orang Surabaya ke Batu. Menurutku sekarang Batu sudah seperti kota wisata yang mengerikan. Di mana-mana jadi objek wisata. Saudaraku yang rumahnya di dekat Jatim Park sering kali mengeluhkan susahnya air, katanya itu dampak dari banyaknya penginapan di sana. Well then, mari kita tinggalkan masalah itu, bukannya egois tapi dari awal aku bukan mau cari solusinya. Aku kan bilang orang Surabaya ke Batu buat kabur dari rutinitas perkotaan dan hawa yang panas, jadi biarkan tetap demikian, yang penting buang sampah pada tempatnya ya...

Oke, tujuan utamaku kali ini sebenarnya ke tempat paralayang di Gunung Banyak yang lagi hits karena ada Omah Kayunya (ga niat paralayang sih, ga nyali coy).

Ubaya Bali Festival 2014



6 Juni 2014, Lapangan Parkir Perpustakaan Ubaya

Apa yang pertama kali terlintas dalam benak saya ketika mendengar event bertajuk Art and Balinese Culture adalah kenangan akan Bali. Tapi kalau ditilik lagi, kenangan akan Bali versi anak muda seperti saya (ceileh) nggak akan jauh -jauh dari pariwisatanya, pantai dan pemandangan alam, geliat pusat perbelanjaan dan kuliner di Denpasar, juga kafe-kafe di Ubud, yaaa, intinya saya miskin akan kenangan seni dan budaya dalam konteks pertunjukan kesenian, menyedihkan. Sekali waktu saya berkesempatan menonton operet Ramayana di Uluwatu, itu pun saya tinggal tidur karena jujur saja saya bosan. Maafkan.

Untuk acara yang baru pertama kali ini, UKM KH Ubaya cukup berhasil. Banyaknya kesalahan teknis yang mengulur waktu, membuat penonton (setidaknya saya) bosan. Tapi menurut saya, mereka harus berterima kasih kepada mbok pembawa acara yang nggak garing dan menjadi alasan saya bertahan. 

UKM KH Ubaya menyediakan photo-booth dengan aksesoris khas Bali dan lighting yang memadai, sayangnya backdrop-nya kurang tinggi. Selain itu juga ada kuliner khas Bali, es kelapa mudanya nagih! Di panggung utama, selain pertunjukan tari Bali yakni tari Baris dan tari Cilinaya, pengenalan akan budaya Bali dikemas semodern mungkin mulai dari peragaan busana khas Bali,  juga ada akustik dari UKHH Unesa, Etnicoustic, dan tidak ketinggalan Teatrikal Astaga (Asrama Tirta Gangga). Sebagai puncak acara ditampilkan arakan ogoh-ogoh oleh panitia.

Malam Seni TPKH Festival 2014



22 Maret 2014, Pura Segara Kenjeran.

Don’t judge a book by it’s cover. Saya berani bertaruh banyak orang yang sepakat dan mengamini quote tersebut. Jujur saja, saya bukan tipikal orang yang gampang menge-judge, tapi realistis saja, apa yang akan diberikan tidak akan jauh-jauh dari penawarannya, kan? So, I do really think that cover needs to be considered.

Begitu pun dalam konteks acara. Menurut saya, hal yang berperan besar dalam sebuah acara setelah poster, tentu saja tagline-nya. Harmony in Social, Spiritual, and Nature yang digagas oleh TPKH ITS berhasil membujuk saya untuk meluangkan waktu untuk menyambangi Pura Segara. Seingat saya, terakhir kali saya berkunjung ke pura ini sekitar dua tahun yang lalu, saat arakan ogoh-ogoh untuk menyambut hari raya Nyepi.

Semerbak aroma wewangian dari dupa persembayangan menyambut tamu yang datang, diiringi banjir salam om swastiastu dan senyum ramah dari panitia: saya merasa pulang ke rumah.