Buscar

Catch!

Naik kereta api
tut... tut... tut...
siapa hendak turut?
ke Bandung... Surabaya...
bolehlah naik dengan percuma
Ayo, temanku lekas naik
keretaku tak berhenti lama...

Kegiatan tengah semester kali ini saya memilih untuk turut serta ke Bandung. Kali ini saya akan berbagi tentang sekilas yang bisa kacamata saya 'tangkap' dari kelok-kelok jalanan; hal-hal yang menurut orang lain mungkin sepele namun berkenang untuk saya pribadi.


Kami berangkat dari stasiun gubeng, naik kereta ekonomi yang telah dibooking satu gerbong oleh sekolah, sehingga tidak ada orang lain ataupun pedagang asongan yang diperkenankan masuk ke dalam gerbong kami.

Perjalanan ke Bandung dengan kereta cukup melelahkan karena butuh waktu sekitar 16jam perjalanan. Kami menghabiskan waktu dengan mengobrol, bermain kartu, memotret, tidur, ngemil, kemudian jalan-jalan ke gerbong makan, tidur lagi, kemudian berkutat dengan ponsel masing-masing, dan saya sendiri memilih membaca buku sambil ngemil.


Menikmati pemandangan dari kaca jendela kereta memang mengasyikan. Berbagai hal bisa kita lihat dari sana. Ada pemandangan sawah, langit, manusia yang sedang beraktivitas, dan hal-hal lain yang mungkin tidak dapat diprediksi.



Selanjutnya saya akan bercerita melalui foto-foto berikut ini;
Teman perjalanan saya; ponsel, kamera, dan buku. Ponsel; memberi saya kesempatan untuk tetap berhubungan dengan keluarga maupun teman-teman saya yang jauh di Surabaya. Kamera; menangkap tiap kejadian atau apapun yang ingin dapat saya kenang kelak. Buku; teman perjalanan paling loyal, ya kan?

Kereta ekonomi selalu mengalah jika di persimpangan ada kereta lain yang harus lewat. Namun saya bersyukur karena dengan begini saya dapat berinteraksi dengan warga yang rumahnya di pinggiran rel kereta api. Saya menyapa anak-anak yang sedang asyik bermain bola dan meminta mereka berkumpul untuk saya potret.


Langit selalu memiliki kekuatan magisnya sendiri. Jelang senja, warna-warna oranye, merah, dan bahkan ungu menghiasi langit yang membuat saya selalu mengagumi langit senja dimanapun saya berada.


Sawah dan pepohonan selalu mengingatkan saya dengan lagu Ibu Pertiwi; sawah, gunung, serta lautan, simpanan kekayaan...
Pagi hari di kota Bandung tidak saya sia-siakan, ketika teman-teman saya masih bersiap-siap, saya sudah ngluyur duluan. Dan yang menarik adalah menemui bapak dalam foto ini. Saya senang menjuluki foto ini dengan 'sapa' from a stranger karena ketika bertemu bapak ini saya spontan berteriak 'semangat pak!' hampir lupa bahwa ini bukan di daerah rumah saya, namun bapak ini ramah sekali, dengan seyumnya yang mengembang ia membalas sapaan saya, 'nuhun neng!' :)


Lembang adalah salah satu tempat yang wajib dikunjungi, selain pemandangannya indah, kulinernya enak, di sini saya bisa terbang alias bermain flying fox hahaha.


Ciwalk adalah Malioboronya Bandung. Di sini pecinta belanja akan dimanjakan dengan berbagai macam barang dagangan yang serba murah, apalagi kalau lihai dalam menawar. Selain kaos dan souvenir khas Bandung, ada juga berbagai jajanan khas Bandung.


Mal Ciwalk adalah mal yang mengusung tema semi outdoor, menarik karena menurut saya memang pas sekali dengan cuaca dan suasana Bandung yang adem. Saya sempat berfoto box dengan teman-teman saat singgah di sini, sisanya... ya seperti mal kebanyakan hehe.

Trans Studio! Taman bermain indoor ini menarik sekali, banyak permainan dengan tema-tema acara televisi mereka, sayangnya saat berkunjung banyak permainan yang masih dalam tahap coming soon.

from Bandung -West Java, Indonesia- with love
*all photos by lucky ariatami

Kapan Aku Dapat Lowrider-Ku!

Sore tadi sepulang sekolah saya meluncur ke gedung Graha Pena. Ada syuting live salah satu acara musik di saluran televisi lokal yang mengundang Blingsatan. Selain Blingsatan rupanya ada teman-teman dari komunitas Lowrider yang berbagi kisah dan memamerkan sepeda mereka. Ah, bikin iri!

Jadilah Pemberani, Kawan!

Halooo... pada tanggal 22 Mei lalu, Blingsatan bikin videoklip terbaru dari singlenya yang berjudul Jadilah Pemberani. Pembuatan videoklip ini dilakukan di rumah hantu darmo yang terkenal angker itu tuh hehe. Namun para crew bisa menyulap tempat tersebut sehingga terkesan seperti markas milik Blingsatan.  KawanBlings Surabaya juga turut terlibat dalam pembuatan videoklip ini lho. Sukses terus buat Blingsatan!

behind the scene

Kali ini saya ingin bercerita tentang pembuatan film indie perdana kami, hahaha... film ini disponsori oleh tugas pelajaran bahasa Indonesia untuk memenuhi syarat kenaikan kelas.

Memang tidak susah untuk merancang skenario, selain karena kami dibebaskan untuk mengangkat film bergenre apapun, kami juga bebas dalam memilih teman dalam satu kelompok sehingga kekompakan tidak menjadi masalah. Dalam hal ini permasalahan terbesar kami adalah; medhok.

Kami bersepuluh semuanya asli suroboyo dan jangan diragukan lagi kemedhokan kami dalam berdialog. Beberapa adegan harus kami ulang berkali-kali hanya untuk memungkiri hal yang tidak dapat dipungkiri hahaha.

Proses syuting kami lakukan beberapa hari dan mengambil tempat di beberapa taman di Surabaya, selain itu dikarenakan perlengkapan yang sangat terbatas, kami harus mengakali beberapa hal, seperti syuting siang hari agar mendapat lighting yang bagus, dan mencari tempat sepi agar suara yang direkam tidak kemresek.

Selain hal-hal tersebut, jangan dikira dengan sepuluh orang dalam satu kelompok sudah sangat cukup... salah besar. Kami semua mendapat peran sehingga untuk menggurus proses syuting harus merangkap tugas. Di sinilah kekompakan kami diuji. Terkadang imajinasi kami terlampau berbeda sehingga hasil yang dianggap baik oleh satu orang kadang dianggap tidak memuaskan oleh yang lain.

Dari sini kami belajar banyak hal. Untuk membuat suatu karya tidaklah semudah ketika kita berkomentar mengenai karya orang lain. Hal ini menjadikan kami lebih menghargai karya orang lain. Toh, kita sebagai manusia tidak pernah berhenti untuk berproses dan belajar dalam hidup...











Photo Session with OSD20 :)

we are outSIDers!
Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengapresiasi karya para musisi adalah dengan membentuk suatu fanbase. Saya sendiri yang sangat menggemari karya-karya band asal Bali, Superman is Dead, bersama teman-teman dari sekolah yang sama membentuk komunitas outSIDers dan Lady Rose Twenty. Outsiders dan Lady Rose adalah sebutan untuk fans SID, dan Twenty mewakili sekolah kami.

Kami memiliki jargon; serunya menjadi pemberontak, serunya punya pendirian musik dan lifestyle, serta serunya menjadi minoritas! Minoritas tapi gak wedi blas!

Tentu jargon tersebut melekat erat karena memiliki makna mendalam untuk kami. Melalui karya-karyanya, SID menyuarakan kebebasan dan pemberontakan yang semuanya dalam hal positif, yakni mengubah lingkup lingkungan kita menjadi lebih baik, yang kemudian menginspirasi kami sehingga kami menggemari SID. 

Band seperti SID bisa dikatakan non-mainstream, meski kini terikat major label, mereka tidak mengubah gaya bermusik dan ideologinya, ini yang kami maksud dengan pendirian musik dan lifestyle. Minoritas dimaksudkan untuk menekankan bahwa meski saat ini banyak yang tidak suka dengan musik SID, kami yakin mereka bukan tidak suka, melainkan belum mencoba mendengar. Kami yakin suatu saat outsiders akan berkembang dan tidak hanya segelintir orang yang peduli tentang lingkungan seperti saat ini.

Melalui komunitas ini kami tidak hanya berkumpul untuk menonton SID bersama, kami sering mengadakan diskusi dan melakukan kegiatan yang bersifat sosial. Semoga segala hal yang telah kami lakukan kelak ada yang meneruskan, dan terus bermanfaat bagi sesama juga lingkungan.