Apa
yang pertama kali terlintas dalam benak saya ketika mendengar event bertajuk Art and Balinese Culture adalah kenangan akan Bali. Tapi kalau
ditilik lagi, kenangan akan Bali versi
anak muda seperti saya (ceileh) nggak akan jauh -jauh dari pariwisatanya, pantai
dan pemandangan alam, geliat pusat perbelanjaan dan kuliner di Denpasar, juga kafe-kafe
di Ubud, yaaa, intinya saya miskin akan kenangan seni dan budaya dalam konteks pertunjukan
kesenian, menyedihkan. Sekali waktu saya berkesempatan menonton operet Ramayana
di Uluwatu, itu pun saya tinggal tidur karena jujur saja saya bosan. Maafkan.
Untuk
acara yang baru pertama kali ini, UKM KH Ubaya cukup berhasil. Banyaknya
kesalahan teknis yang mengulur waktu, membuat penonton (setidaknya saya) bosan.
Tapi menurut saya, mereka harus berterima kasih kepada mbok pembawa acara yang
nggak garing dan menjadi alasan saya bertahan.
UKM KH Ubaya menyediakan photo-booth
dengan aksesoris khas Bali dan lighting yang memadai, sayangnya backdrop-nya kurang tinggi. Selain itu
juga ada kuliner khas Bali, es kelapa mudanya nagih! Di panggung utama, selain
pertunjukan tari Bali yakni tari Baris dan tari Cilinaya, pengenalan akan
budaya Bali dikemas semodern mungkin mulai dari peragaan busana khas Bali, juga ada akustik dari UKHH Unesa, Etnicoustic,
dan tidak ketinggalan Teatrikal Astaga (Asrama Tirta Gangga). Sebagai puncak
acara ditampilkan arakan ogoh-ogoh oleh panitia.